MediaMaya - Meski pandemi Covid-19 belum beranjak pergi, namun tahlilan 365 Hari Wafatnya bapak dipadati jamaah. Disinilah nikmatnya, ditengah keterbatasan, masih ada orang yang membantu prosesi pemakan bapak hingga ke peristirahatan terakhirnya. Waktu memang begitu cepat berlalu, sementara usia manusia semakin hari kian terasa pendek. Hal ini karena sudah 1 tahun atau 365 dilaksanakan tahlilan mengenang wafatnya imam Masjid Baitul Muttaqqin pada 5 Juni 2020 di Ngawi Jawa Timur. Minus anak-anaknya, para jamaah ini antusias memadati tahlilan mengenang 1 tahun Almarhum bapak yang dilaksanakan di Masjid Baitul Mutaqqin 24 Mei 2021 kemarin.
Begitu menerima kiriman foto tahlilan itu, hati ini seperti tidak percaya bahwa, almarhum bapak sudah 1 tahun mendahului kami semua. Muncul juga rasa kesal, jengkel, kecewa bahkan menangis, kok sebagai anak sendiri tidak bisa hadir turut tahlilan 1 tahun atas meninggalnya bapak.
Ditengah kepungan wabah covid-19 ini, telah dilaksanakan tahlilan 1 tahun wafatnya bapak, kami kembali tidak bisa kemana-mana. Sementara orang lain begitu antusias menyimak ritual mendoakan almarhum bapak, sampai kapan kami terkungkung dalam kepungan pandemi, anak macam apa kami ini. Jangan sampai ada orang mengatakan anak yang lupa akan kulitnya, melupakan asal usulnya, padahal tidak ada niatan seperti itu, situasi dan kondisilah yang membuat segalanya harus terjadi.
Masih dari Masjid Baitul Muttaqqin Desa Kandangan, Kabupaten Ngawi Jawa Timur, pelaksanaan tahlilan 1 tahun bapak dihadiri puluhan jamaah meramaikan masjid yang dahulunya nyaris roboh, penuh sarang laba-laba, pokoknya terkesan tidak terawat.
Sejak bapak berdomisili di desa Kandangan tersebut, Masjid Baitul Muttaqqin yang tadinya gelap gulita, minim penerangan, sampai saat ini masjid tersebut kembali terang benderang dan mulai ramai di datangi jamaah untuk melaksanakan sholat 5 waktu. Semenjak bapak wafat entah bagaimana kondisinya sekarang, sebab sudah beberapa tahun belakangan kami belum lagi pulang tilik orang tua, hingga bapak pergi untuk selama-lamanya, bermigrasi ke alam yang lebih indah, bersih mewangi dengan panorama alam begitu menyegarkan hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa kepada Alloh SWT.
Apapun yang terjadi, kami di tanah rantau sangat berterimakasih kepada warga Desa Kandangan dan sekitarnya. Sama dengan tahlilan 40 hari yang lalu, tahlilan 365 hari wafatnya bapak tetap disesaki jamaah, memang menyesakkan dada sih, tak satupun anak kandungnya menhadiri tahlilan tersebut.
Terserah mau bilang apa, ada yang suka dan tidak suka terhadap kondisi ini, yang jelas keberadaan anak-anaknya terpisah-pisah di tanah rantau tetaplah mendoakan almarhum bapak. Sebagaimana himbauan pemerintah untuk tidak mudikpun harus diikuti, hal ini untuk mencegah penularan wabah pandemi covid-19 yang masih menghantui negeri pertiwi.
Intinya, meski ditengah wabah pandemi covid-19, tahlilan 365 hari wafatnya bapak masih tetap dipenuhi jama'ah. Kami sebagai anaknya tidak bisa membalas kebaikan tetangga terdekat dengan bapak yang sepenuh hati ikhlas tanpa pamrih apapun membantu prosesi pemakaman bapak hingga ke peraduan terakhirnya.
Bapak sudah tenang disana, dari alam yang berbeda, bapak pasti terharu dan bangga atas kebaikan tetangga dan seluruh jamaahnya di Desa Kandangan Ngawi. Sekali lagi kami sebagai anak-anak dari bapak Sadhiman tidak bisa membalas kebaikan tetangga terdekat, semoga amal kebaikannya mendapat balasan dari Allah SWT. Insha Allah akan indah pada akhirnya.
Sepeninggal bapak, semoga diantara pembaca ini ada orang baik yang tergerak hatinya dan sukarela meluangkan rezeki atau tenaganya untuk mempercantik kembali Masjid Baitul Muttaqqin di Desa Kandangan Ngawi Jawa Timur.
Sejak bapak berdomisili di desa Kandangan tersebut, Masjid Baitul Muttaqqin yang tadinya gelap gulita, minim penerangan, sampai saat ini masjid tersebut kembali terang benderang dan mulai ramai di datangi jamaah untuk melaksanakan sholat 5 waktu. Semenjak bapak wafat entah bagaimana kondisinya sekarang, sebab sudah beberapa tahun belakangan kami belum lagi pulang tilik orang tua, hingga bapak pergi untuk selama-lamanya, bermigrasi ke alam yang lebih indah, bersih mewangi dengan panorama alam begitu menyegarkan hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa kepada Alloh SWT.
Apapun yang terjadi, kami di tanah rantau sangat berterimakasih kepada warga Desa Kandangan dan sekitarnya. Sama dengan tahlilan 40 hari yang lalu, tahlilan 365 hari wafatnya bapak tetap disesaki jamaah, memang menyesakkan dada sih, tak satupun anak kandungnya menhadiri tahlilan tersebut.
Terserah mau bilang apa, ada yang suka dan tidak suka terhadap kondisi ini, yang jelas keberadaan anak-anaknya terpisah-pisah di tanah rantau tetaplah mendoakan almarhum bapak. Sebagaimana himbauan pemerintah untuk tidak mudikpun harus diikuti, hal ini untuk mencegah penularan wabah pandemi covid-19 yang masih menghantui negeri pertiwi.
Intinya, meski ditengah wabah pandemi covid-19, tahlilan 365 hari wafatnya bapak masih tetap dipenuhi jama'ah. Kami sebagai anaknya tidak bisa membalas kebaikan tetangga terdekat dengan bapak yang sepenuh hati ikhlas tanpa pamrih apapun membantu prosesi pemakaman bapak hingga ke peraduan terakhirnya.
Bapak sudah tenang disana, dari alam yang berbeda, bapak pasti terharu dan bangga atas kebaikan tetangga dan seluruh jamaahnya di Desa Kandangan Ngawi. Sekali lagi kami sebagai anak-anak dari bapak Sadhiman tidak bisa membalas kebaikan tetangga terdekat, semoga amal kebaikannya mendapat balasan dari Allah SWT. Insha Allah akan indah pada akhirnya.
Sepeninggal bapak, semoga diantara pembaca ini ada orang baik yang tergerak hatinya dan sukarela meluangkan rezeki atau tenaganya untuk mempercantik kembali Masjid Baitul Muttaqqin di Desa Kandangan Ngawi Jawa Timur.
0 Comments:
Post a Comment