MediaMaya - Budayawan dan penulis buku yang di antaranya Menjual Diri, Hidup Bukan Hanya Urusan Perut dan Menjual Omong ini berpamitan alias meninggal dunia pada hari istimewa yakni Jumat (12/2/2021) tepat penanggalan jawa Jumat Wage sekitar pukul 06.30 Wib.
Sontak kabar ini mengundang awan duka dunia seni Indonesia. Kabar wafatnya budayawan kelahiran Kendal, Jawa Tengah itu dengan cepat menyebar di media sosial dan ucapan belasungkawa pun mengalir.
Salah satunya dari Sujiwo Tejo dalam akun Twitter miliknya.
"Sugeng tindak, Mas @Prie_GS... pinanggihan malih mangke .. #utangRasa," tulis Suwijo Tejo.
Selain itu, ucapan duka juga dilontarkan budayawan dan tokoh Nahdlatul Ulama KH Musthafa Bisri (Gus Mus).
“Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Saudaraku tercinta yang baik dan selalu ingin membahagiakan orang lain, Prie GS, hari ini dipanggil kehadiratNya. Kami betul-betul terkejut dan merasa sangat kehilangan," tulis Gus Mus melalui akun Facebook miliknya.
"Semoga Allah merahmati dan membahagiakannya. Allahummaghfir lahu warhamhu wa'afihi wa'fu 'anhu wa akrim nuzulahu waj'alil jannata matswah...Al-Fatihah. Semoga keluarga diberi kekuatan lahir-batin. 'AzhzhamaLlãhu ajrahum wa ahsana azã-ahum."
Prie GS dengan nama asli Supriyanto GS merupakan budayawan kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 3 Februari 1964.
Prie GS memulai kariernya sebagai wartawan di harian umum Suara Merdeka Semarang, Jawa Tengah.
Prie GS juga dikenal sebagai kartunis, penyair, penulis dan public speaker di seminar serta diskusi.
Melansir kompas.com budayawan kelahiran Kendal, Jawa Tengah ini disebutkan meninggal akibat serangan jantung.
Melansir situs Unnes, budayawan kelahiran Kendal, 3 Februari 1964 ini mengawali kariernya menjadi wartawan di Harian Umum Suara Merdeka, Semarang, Jawa Tengah.
Melansir situs resmi RRI, selepas SMA, Prie GS menekuni dunia kartunis, dan sempat belajar khusus kepada kartunis kawakan dari Harian Umum Kompas, G.M. Sudarta.
Perjalanan karier
Setelah lulus dari bangku SMA, Prie GS melanjutkan pendidikan di jurusan seni musik, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Semarang.
Saat menjadi wartawan, Prie lebih banyak memegang rubrik bermuatan kesenian, dengan rutin setiap minggunya menggambar kartun di surat kabar tempatnya bekerja.
Dituliskan situs Taman Budaya Jateng, Prie pernah menjadi pemimpin majalan wanita Cempaka.
Prie GS juga pernah menggelar pameran kartun di Tokyo, Jepang atas undangan The Japan Foundation.
Banyak ilmu yang didapat di sana, terutama saat mempunyai kesempatan berdiskusi dalam satu meja dengan para komikus dan animator tersohor di negeri itu.
Prie juga pernah menjajal kemampuannya sebagai aktor dengan bergabung di Teater Dhome Semarang saat menggarap repertoar Umang-umang atawa Orkes Madun karya Arifin C. Noer.
Menjalani hidup sebagai wartawan, penulis kolom, dan kartunis semakin menambah wawasan Pri GS luas, dan ini yang membawanya terjun sebagai public speaker.
Prie sering diundang sebagai pembicara, motivator, dan pengasuh acara-acara bertema budaya.
Kemampuannya mengolah rasa menjadi modal yang terus diminati oleh banyak lembaga untuk meminta siraman-siraman bernas darinya, antara lain Markas Besar TNI Angkatan Laut Cilangkap, memberikan refleksi sosial di hadapan para jenderal dan perwira Angkatan
Laut.
Tak hanya itu, berbagai perusahaan besar juga pernah mengundangnya seperti PT Telkom, PT Coca-Cola, Indonesiai Power, Bank Indonesia, PT PLN, PT Telkomsel, dan lain-lain.
Sementara itu, di ranah hiburan radio dan televisi, sampai sekarang Prie juga menjadi host untuk acaranya refleksi.
Banyak karya-karya yang telah diterbitkan baik puisi, cerpen, kolom, kartun, maupun buku-buku humor, karena sejak memulai debutnya sebagai seniman, setiap pekan dia selalu menulis dan menggambar untuk diterbitkan di media massa.
Buku-bukunya antara lain:
1. Nama Tuhan di Sebuah Kuis (2003)
2. Merenung Sampai Mati (2004)
3. Mari Menjadi Kampungan (2005)
4. Hidup Bukan Hanya Urusan Perut (2007)
5. Ipung, novel motivasi Pembangkit Kepercayaan Diri (2008)
6. Catatan Harian Sang Penggoda Indonesia (2009)
7. Indonesia Jungkir Balik (2012)
8. Hidup ini Keras, Maka Gebuklah (2012)
9. Waras di Zaman Edan (2013)
10. Indonesia Tertawa, Hidup Boleh Susah, 11. Jiwa Tetap Bahagia (2014)
12. Mendadak Haji (2016)
0 Comments:
Post a Comment