Media Maya-Patut disayangkan, tepat dalam suasana merayakan hari raya idul fitri 1440 Hijriah, Republik Indonesia digegerkan bentrokan antar warga Desa Gunung Jaya dan warga Desa Sampuabalo Buton Provinsi Sulawesi Tenggara. Rabu (5/6/2019).
Akibat kerusuhan tersebut berujung pada aksi pembakaran rumah warga yang membuat situasi mencekam. Bentrokan dipicu konvoi 20 motor sembari ngegas-ngegas motor mereka yang menggunakan knalpot racing.
Raungan-raungan suara motor yang dimodifikasi menggunakan knalpot racing itu membuat warga Desa Gunung Jaya Pusing tujuh keliling.
Setidaknya, ada 40 pemuda berasal dari Desa Sampuabalo melakukan konvoi liar menggunakan motor, berjumlah sekitar 20 unit dengan menggunakan knalpot racing dan memainkan gas motornya tersebut mengusik ketenangan warga Desa Gunung Jaya pasca melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan
Konvoi tersebut pun mendapat teguran dari warga Gunung Jaya, bukannya menyadari perbuatannya, justru para gank motor ini gagal paham alias tidak menerima
Entah setan apa yang mentusupi akhlak mereka ini, membabi buta membuat onar, setidaknya aksi brutal itu hingga memicu bentrok antar warga. Bentrok ini tak ubahnya tragedi semanggi, dimana menelan korban, hingga menggunakan bom molotov, akibatnya puluhan rumah terbakar. Peristiwa mencekam ini terjadi pada Rabu (5/6/2019) pukul 14.30 WITA tepat ditengah perayaan hari kemenangan.
Kemenangan disini terkadang banyak disalah artikan, bebas melakukan perbuatan apa saja, termasuk swa foto usai berduka atau membuat keonaran, sebab dihari nan fitri itu "ada kata maaf." Syah-syah saja merayakan kemenangan, tapi mbok ya jangan kebablasan. Pastilah sama-sama tahu yang berlebihan/kebablasan itu temannya setan.
Pemikiran seperti ini yang harus di bumi hanguskan, karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan.
Dilansir portal Republika.co.id, menurut keterangan saksi dari warga, La Aca (35), percikan sudah mulai terjadi sejak Selasa (4/6/2019) pukul 20.00 WITA. Sekitar pukul 20.45 WITA, konvoi kembali dilakukan ke Desa Sampuabalo dan kembali melewati Desa Gunung Jaya, ketika sampai di pertigaan Desa Sampuabalo dan Desa Gunung Jaya, massa yang melakukan konvoi berteriak dengan Kata-kata ‘Kita serang Gunung Jaya’.
Teriakan provokator tersebut, mengawali terjadinya pelemparan ke arah rumah-rumah warga Desa Gunung Jaya. Masyarakat Desa Gunung Jaya tidak menerima perbuatan itu. Lalu terjadilah serangan balik memicu keributan antara pemuda Desa Sampuabalo dan pemuda Desa Gunung Jaya.
Di malam takbiran keributan sempat dilerai oleh anggota Polsek Sampuabalo. Namun, emosi yang tertunda, berlanjut keesokkan harinya, tepan di hari raya Idul Fitri 1440 H. Rabu (5/6/2019). Sekitar pukul 14.30 WITA, massa dari Desa Sampuabalo menyambagi Desa Gunung Jaya, bukannya bersilaturahmi melainkan melempari rumah-rumah warga dengan bom molotov.
Melihat aksi keji tersebut warga Desa Gunung Jaya bukannya melerai untuk bermaaf-maafan, malah menimpalinya dengan melakukan perlawanan.
Akibat dari kejadian mencekam tersebut memang tidak didapati korban jiwa, namun terdapat satu korban luka warga Desa Kuraa.
Puluhan unit rumah terbakar, satu unit mobil pick up, dan satu unit motor. Suasana Fitri yang seharusnya diisi dengan silaturahmi penuh damai justru berbalik mencekam, membuat beberapa warga mengungsi akibat "knalpot racing" yang tidak penting itu.
Akhirnya sudah jatuh ketiban tangga pula, Lantas kalau sudah begini, siapa untung dan siapa buntung.d
Akibat kerusuhan tersebut berujung pada aksi pembakaran rumah warga yang membuat situasi mencekam. Bentrokan dipicu konvoi 20 motor sembari ngegas-ngegas motor mereka yang menggunakan knalpot racing.
Raungan-raungan suara motor yang dimodifikasi menggunakan knalpot racing itu membuat warga Desa Gunung Jaya Pusing tujuh keliling.
Setidaknya, ada 40 pemuda berasal dari Desa Sampuabalo melakukan konvoi liar menggunakan motor, berjumlah sekitar 20 unit dengan menggunakan knalpot racing dan memainkan gas motornya tersebut mengusik ketenangan warga Desa Gunung Jaya pasca melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadan
Konvoi tersebut pun mendapat teguran dari warga Gunung Jaya, bukannya menyadari perbuatannya, justru para gank motor ini gagal paham alias tidak menerima
Entah setan apa yang mentusupi akhlak mereka ini, membabi buta membuat onar, setidaknya aksi brutal itu hingga memicu bentrok antar warga. Bentrok ini tak ubahnya tragedi semanggi, dimana menelan korban, hingga menggunakan bom molotov, akibatnya puluhan rumah terbakar. Peristiwa mencekam ini terjadi pada Rabu (5/6/2019) pukul 14.30 WITA tepat ditengah perayaan hari kemenangan.
Kemenangan disini terkadang banyak disalah artikan, bebas melakukan perbuatan apa saja, termasuk swa foto usai berduka atau membuat keonaran, sebab dihari nan fitri itu "ada kata maaf." Syah-syah saja merayakan kemenangan, tapi mbok ya jangan kebablasan. Pastilah sama-sama tahu yang berlebihan/kebablasan itu temannya setan.
Pemikiran seperti ini yang harus di bumi hanguskan, karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan.
Dilansir portal Republika.co.id, menurut keterangan saksi dari warga, La Aca (35), percikan sudah mulai terjadi sejak Selasa (4/6/2019) pukul 20.00 WITA. Sekitar pukul 20.45 WITA, konvoi kembali dilakukan ke Desa Sampuabalo dan kembali melewati Desa Gunung Jaya, ketika sampai di pertigaan Desa Sampuabalo dan Desa Gunung Jaya, massa yang melakukan konvoi berteriak dengan Kata-kata ‘Kita serang Gunung Jaya’.
Teriakan provokator tersebut, mengawali terjadinya pelemparan ke arah rumah-rumah warga Desa Gunung Jaya. Masyarakat Desa Gunung Jaya tidak menerima perbuatan itu. Lalu terjadilah serangan balik memicu keributan antara pemuda Desa Sampuabalo dan pemuda Desa Gunung Jaya.
Di malam takbiran keributan sempat dilerai oleh anggota Polsek Sampuabalo. Namun, emosi yang tertunda, berlanjut keesokkan harinya, tepan di hari raya Idul Fitri 1440 H. Rabu (5/6/2019). Sekitar pukul 14.30 WITA, massa dari Desa Sampuabalo menyambagi Desa Gunung Jaya, bukannya bersilaturahmi melainkan melempari rumah-rumah warga dengan bom molotov.
Melihat aksi keji tersebut warga Desa Gunung Jaya bukannya melerai untuk bermaaf-maafan, malah menimpalinya dengan melakukan perlawanan.
Akibat dari kejadian mencekam tersebut memang tidak didapati korban jiwa, namun terdapat satu korban luka warga Desa Kuraa.
Puluhan unit rumah terbakar, satu unit mobil pick up, dan satu unit motor. Suasana Fitri yang seharusnya diisi dengan silaturahmi penuh damai justru berbalik mencekam, membuat beberapa warga mengungsi akibat "knalpot racing" yang tidak penting itu.
Akhirnya sudah jatuh ketiban tangga pula, Lantas kalau sudah begini, siapa untung dan siapa buntung.d
0 Comments:
Post a Comment