Media Maya– Bila dilihat
sepintas dari kejauhan, lelaki itu nampak seperti sedang memancing ikan di
kanal. Tetapi, ia tidak sedang memancing ikan, ia menangkap sampah plastik yang
terbawa arus.
Namanya Daeng Supu’ (65), bermukim di tepi
kanal PDAM Makassar Jalan Abdullah Daeng Sirua. Kurang lebih tiga tahun
terakhir, Daeng Supu’ menggeluti kebiasaan tak biasa itu. Duduk berjam-jam,
sedari awal pagi hingga senja memainkan kayu yang di ujungnya ada jaring
perangkap.
Setiap gelas plastik bekas minuman kemasan ia
jumput di jaringnya. Ia piawai mengarahkan jaringnya sepanjang semeter setengah
di arus kanal yang memang lambat. Tak ada yang lolos. Sebab, mata Daeng Supu’
sangat cekatan, ia mengintai dari kejauhan benda-benda yang bergerak. Ia selalu
siaga beraksi menangkap.
Gelas plastik ia kumpulkan dalam karung
kecil. Ini membutuhkan kesabaran tingkat dewa. Sebab ada kalanya sampah plastik
yang harusnya ia raih bercampur baur dengan sampah lainnya. Kadang perlu waktu
cukup lama, baru ada sampah yang diinginkan datang.
Gerak tangannya sudah mulai lambat seiring
usianya yang semakin menua. Daeng Supu’ menikmati drama hidupnya di tepi kanal.
“Daripada tidak ada dikerja. Lebih baik menunggu sampah plastik di kanal,” kata
Daeng Supu’ tegas.
Dalam sebulan, Daeng Supu’ hanya bisa
mengumpulkan satu karung sedang limbah plastik. Ia menjualnya pada pengumpul
dengan seratus ribu rupiah. Kadang lebih dari itu, kadang pula kurang. Bila air
di kanal pasang karena hujan deras, semakin banyak pula yang didapatnya.
Daeng Supu’ tidak pernah bosan menjalankan
profesinya itu. Semenjak pensiun dari sebuah perusahaan swasta, ia menikmati
hidupnya di tepi kanal. Rumahnya boleh dibilang tidak layak huni. Tetapi,
di sanalah ia menyemai bahagia. Dengan dua langkah saja, ia pun berjumpa kanal.
Dan drama hidupnya terus berulang, entah sampai kapan?
Kondisi rumah Daeng Supu’ tak layak huni.
“Ia bisa sakit kalau tidak bekerja,” kata
seorang tetangganya. Aksi Daeng Supu’ memang selalu jadi pusat perhatian
tetangganya. Tetapi, sebagian pengguna jalan mungkin mengira Daeng Supu’ sedang
memancing.
Penghasilannya setiap bulan ia gunakan untuk
makan. Sebagian dibagi pada keluarganya. Aksi langka Daeng Supu’ menunjukkan
betapa negeri kita memang dikepung sampah plastik.
Daeng Supu’ melihat peluang ekonomi pada
plastik dan kanal. Peluang hidup yang tipis tak kompetitif.
Modalnya hanya kesabaran dan konsentrasi,
sebab bila salah bergerak, Daeng Supu’ tentu bisa terjungkal ke dalam kanal.
Itu artinya, ia juga berbakti buat negeri, mempertaruhkan jiwa raganya agar
sampah plastik tak bergelimpangan. Walau ia mungkin tak sepenuhnya paham,
betapa berbahayanya sampah plastik.
Apa pun itu, Daeng Supu’ telah memancing kita
semua yang kadang lupa membuang sampah sembarangan. (ak)
Sumber berita: Klikhijau.com
0 Comments:
Post a Comment