Jakarta - Pengusaha Indonesia yang fokus pada inovasi teknologi pengelolaan sampah, Syamsunar menilai bahwa sampah bisa bernilai ekonomi tinggi dan jika dikelola oleh desa melalui BUMDESA, menurut dia, sampah yang selalu menjadi masalah, justru bisa meningkatkan perekonomian desa serta membangun lapangan kerja baru.
"Jika dikelola dengan benar, sampah bisa meningkatkan perekonomian setiap desa di Indonesia, baik dari hasil olahan sampah maupun potensi lapangan kerja baru bagi masyarakat desa," ungkap Syamsunar, dalam keterangan pers tertulis kepada media, Senin (27/03/2023).
Syamsunar dalam workshop Pengembangan Ekonomi Desa Melalui Penguatan Kewirausahaan dan Industri Menengah, yang diselenggarakan di Auditorium Kemendes PDTT, Jakarta, menjelaskan juga bahwa Indonesia pernah menjadi juara 2 dunia penghasil sampah plastik yang dibuang ke laut. Sedangkan sampah yang masuk ke TPA, hampir 5 juta ton sampah per tahun yang menumpuk tanpa dikelola.
Selain inovasi pengelolaan sampah, produksi sampah juga harus ditekan. Salah satunya adalah penggunaan bahan-bahan dan produk yang ramah lingkungan, contohnya penggunaan bahan UPVC (Unplasticized Polyvinyl Chloride) yang bisa digunakan untuk daun jendela, daun pintu bahkan bisa juga untuk atap rumah.
Penggunaan bahan UPVC yang sudah memiliki sertifikat green line sudah dipastikan aman bagi lingkungan hidup dan alam sekitar, tidak seperti plastik atau PVC biasa, kusen UPVC sudah tidak memiliki racun yang berbahaya bagi lingkungan dan dapat di daur ulang secara alami dengan waktu yang jauh lebih singkat dari plastik pada umumnya.
Menurut Syamsunar, bahan UPVC yang sempat ditunjukan sebagai contoh dalam pemaparannya adalah produk dari PT FALKEN UPVC, selain bisa menjadi solusi menekan produksi sampah, juga memiliki banyak keunggulan seperti pemasangannya yang mudah, perawatan juga mudah dan lebih tahan lama. Bahan UPVC, lanjut dia, juga cocok dengan iklim Indonesia yang tropis, karena UPVC tidak tembus dan tahan panas. Bahkan bahan UPVC juga sangat menghemat energi seperti penggunaan di dalam ruangan ber AC, dibanding bahan-bahan dari kayu karena bahan UPVC tidak menyerap udara dingin dari AC seperti kayu.
"Selain itu, kalau bahan kayu kan bisa keropos, bisa dimakan rayap. Lalu kalau bahan sejenis besi bisa berkarat, bahan UPVC kebal semua itu" tutup Syamsunar.
Kolaborasi industri dengan desa yang dalam hal ini Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) sudah dilakukan oleh pabrik industri FALKEN UPVC yang dikelola oleh Syamsunar, dan tentu keberlanjutan kerjasama melalui kegiatan workshop atau pelatihan sebagai aplikator dapat berjalan dan terus berlanjut karena peluang dan potensi ekonomi serta kebutuhan tenaga kerjanya begitu besar dan terbuka lebar. Untuk diketahui, workshop ini dihadiri oleh Dirjen Pengembangan Ekonomi dan Investasi Kemendes PDTT, Ir. Harlina Sulistyorini MSi sebagai keynote speaker dengan pembicara lainnya yaitu Direktur Pelayanan Investasi Kemendes PDTT, Dr. Supriyadi, Asdep Kewirausahaan Pemuda Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora RI, Dr. Ing Hendro Wicaksono, pelaku usaha, Syamsunar dan Direktur Eksekutif Youth Climatree Indonesia, Dr Robert E. Sudarwan.
Kemudian hadir juga utusan dari, MABES TNI AD, Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD), Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (HEBITREN), AFARA, HUMINDO MEGA PRATAMA, FALKEN UPVC, GITINDO LIVINA TAMA dan GreatEdu.